Rabu, 15 Juni 2016

Penelitian tentang shalat-nya Mahasiswa IAIN Pontianak oleh Mellisa




A.     PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah menjadikan  shalat sebagai sarana penghubung antara makhluk dan sang Khaliq. Dia menjadikan shalat sebagai cahaya penerang bagi orang-orang yang khusyuk melaksanakannya, kelak pada suatu hari ketika semua manusia dibangkitkan dalam keadaan waajahknya berseri-seri atau gelap gulita.
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ
“ pada hari yang pada waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula yang hitam muram.” (QS. Ali Imran [3]: 106)
Kami memuji-Nya dan bersyukur atas  nikmat-Nya yang tiada terhingga. Syukur dan puji, kami wujudkan melalui shalat yang dia ajarkan kepada umat manusia melalui Rasul-Nya, Muhammad saw. dan para Rasul sebelumnya.
Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan yang layak di sembah, tempat bergantung dan pemberi petunjuk, melainkan hanya Dia-lah Allah yang maha hidup lagi abadi, yang membimbing makhluknya dengan wahyu Al-Qur’an.
Kami bersaksi dengan penuh keyakinan bahwa nabi Muhammad saw. adalah satu-satunya manusia yang sempurna dalam sujud dan rukuknya. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada rasul akhir zaman dan penutup para nabi.
Alasan saya mengangkat tema tentang shalat, ialah karena ada rasa penasaran dari dalam diri saya terhadap orang-orang yang masih meninggalkan shalat.
Sebagaimana yang kita ketahui shalat merupakan ibadah yang sangat istimewa dibandingkan dengan ibadah lainnya. Shalat merupkan ciri khas orang beriman yang dapat mengantarkan pada perbuatan dan perilaku terpuji dalam kehidupan didunia  maupun di akhirat.
Shalat merupakan satu-satunya ibadah yang wajib dilaksanakan bagi kaum muslimin tanpa memandang kemampuan maupun kesempatan, kaya-miskin, lelaki-perenpuan, tua-muda, sakit-sehat, semuanya wajib melaksanakan shalat.
Kewajiban shalat tidak dapat di tawar-tawar. Shaolat merupakan ibadah wajib yang tidak pernah gugur kewajibannya, kecuali setelah datangnya kematian yang membebaskan seseorang dari kewajibannya. Dalam al-Qur’an dan sunnah, orang yang meninggalkan kewajiban akan mendapatkan sanksi , baik di dunia maupun di akhirat.

Akan tetapi, tidak jarang manusia dihinggapi kelalaian sehingga ia meninggalkan shalat, baik karena keterpaksaan kondisi yang tidak memungkinkan maupun karena kemalasan. Malas merupakan faktor yang tidak dapat di toleransi dalam islam. Oleh karena itu, Allah Swt. mengancam , dalam firman-Nya yang berbunyi;
“maka kcelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dalam shalatnya”(QS. Al-Ma’un [107] : 4-5)
Adapun alasan faktor  seseorang dalam kondisi tidak memungkinkan untuk mendirikan shalat, terancam bahaya atau situasi lainnya yang mengakibatkan ia tidak dapat mendirikan shalat, tetap tidak dibenarkan untuk meninggalkannya. Bagaimanapun alasanya meninggalkan shalat adalah dosa besar.





B.     SEKILAS TENTANG SHALAT

a.       Pengertian ibadah shalat
Ibadah shalat terdiri dari rangakaian kata “ibadah” dan “shalat”. Ibadah berasal dari kata ‘abada-ya’budu, ibadatan, wa ubudiyyatun; artinya mengabdi dan menyembah. Ibadah adalah bentuk pengabdian hamba yang didalamnya terkandung pengaduan dan permohonan. Sedangkan, shalat  berasal dari kata “shalla –yushalli-shalatan”, yang berarti do’a. Doa’a adalah permohonan hamba kepada Allah Swt. untuk mendapatkan kebaikan dan dijauhkan dari keburukan, baik bagi diri nya maupun orang lain.
Ibadah shalat berarti pengabdian dan penyembahan secara pasrah kepada Allah Swt. menurut tata cara sesuai dengan yang di perintahkan-Nya dan di contohkan Rasulullah saw. ibadah shalat menurut istilah adalah perintah ibadah yang di contohkan Rasulullah saw. untuk dilaksanakan pada waktu dan kondisi tertentu, di awali dengan takbiratul ikhram dan di akhiri dengan salam.
Dengan demikian, ibadah shalat terdapat syarat dan rukun sebagaimana dicontohan Rasulullah saw. sehingga ibadah tersebut dianggap sah sebagai shalat. Ibadah yang dilakukan tidak sesuai dengan contoh dari Rasulullah saw., tidak diawali dengan takbiratul ikhram, dan tidak di akhiri dengan salam maka tidak dapat dikatakan sebagai ibadah shalat.
Shalat merupakan aktivitas ibadah yang terdiri dari niat, takbir, membaca surah al-Fatihah, rukuk, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud, tasyahud, dan salam. Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits.
“apabila engkau hendak mengerjakan shalat, sempurnakanlah whudumu, menghadap kiblat, sesudah itu bertakbirlah. Kemudian, bacalah apa yang dapat kamu baca dari Al-Qur’an. Kemudian, rukuklah sehingga thumaninah(tenang) didalamnya. Kemudian, bangkitlah sehingga kamu lurus tegak berdiri. Kemudian, bersujudlah sehingga kamu thumaninah didalamnya. Kemudian bangkitlah sehingga kamu thumaninah dalam dudukmu. Kemudian, lakukanlah semua itu dalam seluruh shalatmu(rakaatmu).” (HR. Bukhari)
Shalat merupakan ibadah yang perintahnya berbeda dibandingkan ibadah lain. Shalat diterima secara  langsung oleh Rasulullah secara langsung dari Allah Swt. ketika beliau melakukan perjalanan isra’ mi’raj. Shalat adalah media komunikasi yang menghubungkan antara seorang hamba dan Allah Swt. yang di tetapkan dalam rukun islam kedua.
Ibadah ini diperintahkan kepada seluruh hamba-hamba-Nya yang beriman. Dalam kondisi apapun, mampu atau tidak mampu, selama hamba  itu masih menghirup napas, kewajiban mendirikan shalat tidak pernah gugur.
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ۚ
“dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat”.(QS. Al-Baqarah: 110)
b.      Seputar perintah shalat
Shalat merupakan ibadah yang telah menjadi tradisi sejak umat terdahulu. Perintah shalat yang disampaikan kepada Rasulullah saw., pada saat beliau melaksanakan perjalanan isra dan mi’raj, bukanlah perintah ibadah yang belum  dikenal sebelumnya. Hal ini tercantum dalam sebuah hadits.
Dari Anas bin Malik ra. Rasulullah saw. bersabda. “(aku dibimbing bermi’raj) kemudian Allah mewajibkan kepada umatku untuk melaksanakan shalat limapuluh kali sehari semalam. Selanjutnya, aku kembali dan bertemu dengan musa as. Ia pun bertanya, ‘apa yang telah di perintahkan kepada umatmu?’ jawabku,’shalat lima puluh kali’. Musa berkata’kembalilah kepada Tuhanmu, sesungguhnya  umatmu tidak akan mampu melaksanakannya.’ Lalu, aku kembali  menghadap (Allah), bertemu kembali dengan Musa (dan ia bertanya), lalu aku jawab bahwa Allah telah mengurangi (ketentuan jumlahnya) setengahnya. Musa berkata’kembalilah kepada Tuhanmu karena umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. ‘kemudian, aku kembali menghadap Allah, Allah berfirman ‘itu telah ditetapkan  lima kali (dari sebelumnya) lima  puluh kali. Aku pun tidak akan mengubah ketetapan perintah itu. ‘kembalilah kepada Tuhanmu,’aku menjawab,’aku  malu kepada Tuhanku.’ Berlalulah Musa dariku hingga aku usai menyempurnakan (mi’raj) di sidratul Muntaha.” (HR. Bukhari)

Perintah shalat telah ada pada umat-umat terdahulu, sebagaimana yang diisyaratkan kepada nabi Ibrahim as.
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

“Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah Do’a ku.”(QS.Ibrahim:40)
Demikian pula seperti yang tergambar dari pujian Allah terhadap sikap nabi Ismail as. Yang seantiasa menjaga Shalat bagi dirinya dan keluarganya.
وَ كانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَ الزَّكاةِ وَ كانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا
“dan ia menyuruh keluarganya untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat  dan ia adalah seorang yang di ridhai di sisi Tuhannya.” (QS. Maryam:55)
Pada kisah nabi Musa as. Juga diceritakan bahwa shalat menjadi kewajiban yang harus dilksanakan, sebagaimana firman-Nya,
dan kami wahyukan kepada nabi Musa dan saudaranya (harun), ‘ambilah olehmu berdua beberapa buah rumah di mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah  oleh mu rumah-rumah mu itu tempat shalat  dan dirikanlah olehmu shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman’.” (QS. Yunus : 87)
Nabi Isa as. Pun senantiasa konsisten terhadap perintah yang di wajibkan ini.
وَ جَعَلَني‏ مُبارَكاً أَيْنَ ما كُنْتُ وَ أَوْصاني‏ بِالصَّلاةِ وَ الزَّكاةِ ما دُمْتُ حَيًّا

“Dan Dia telah menjadikan daku seorang yang diberi bahagia di mana saja aku berada, dan Dia telah mewajibkan daku bersembahyang dan berzakat, selama aku hidup.” (QS. Maryam:31)
c.        Kewajiban Shalat
Seluruh umat manusia di wajibkan beribadah kepada Allah Swt. kewajiban beribadah tersebut merupakan bentuk keniscayaan dari penciptaan manusia.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَ الَّذِيْنَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
Wahai manusia ! Sembahlah olehmu akan Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, supaya kamu ter­pelihara .” (QS. Al-Baqarah:21)
Kewajiban ibadah tersebut ditetapkan oleh Allah Swt. dalam bentuk dan tata cara pelaksanaannya yang disebut shalat. Pelaksanaan shalat telah di tetapkan pula pada waktu-waktunya, sebagaimana beberapa firman Allah Swt. berikut ini.
إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
“sesungguhnya, Shalat itu adalah kewajiban yang di tentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa:103)







C.      PANDANGAN TENTANG SHALATNYA MAHASISWA IAIN

Shalat adalah dimana manusia ingat terhadap Allah. Ingat terhadap nikmatnya dan ingat terhadap dosanya.dan waktu untuk kembali kepada-Nya (tobat). Untuk mahasiswa yang masih meninggalkan shalat, menurut pendapat Dewi susanti, mahasiswa tersebut belum memahami hakikat tentang shalat yang sesungguhnya, atau bisa jadi mahasiswa tersebut tidak menuruti kata hatinya.  (Dewi Susanti PBA smt 2)
“Shalat yang kita ketahui ialah merupakan tiang agama. Menurut Nurbaiti Rahman Shalat itu hukumnya wajib, bukan sunnah dan sebagainya. Merupakan tiang agama dan termasuk rukun islam kedua. Sejujurnya saya pernah meninggalkan salat apalagi ketika halangan, saya harus meninggalkan salat. Ketika saya meninggalkan salat karena halangan itu memang perasaannya  tidak enak sekali. Kalau dalam diri saya sendiri saya merasa pusing, galau, entah mungkin karena bawaan halangan atau bagaimana hati saya merasa tidak tenang, ingin berdoa saja saya malu. “Saya benar-benar merasa salat lima waktu yang mendasar kepada diri saya sejak saya kuliah. Jadi, saat saya masih kecil sampai saya SMA saya seringkali meninggalkan salat, bahkan jika disuruh bapak saya salat saya sembunyi-sembunyi, maksudnya saya tidak salat,bohong, jadi saya tidak benar-benar salat. Hanya ambil wudhu saja, ketika masuk kamar saya tidak salat. Jadi saya merasakan salat yang benar-benar tidak terpaksa yaitu saat kuliah, dan saya baru merasakan salat itu benar-benar suatu kebutuhan bukan hanya kewajiban, sama seperti kita makan dan minum.” Tuturnya.
“Saya pernah mendengar bahkan melihat sendiri, ada beberapa mahasiswa IAIN, ia meninggalkan salat pada waktunya, ketika zuhur dan ashar dia meninggalkan salat pada saat kuliah,  di waktu magrib ia bayar salat zuhur dan asharnya, jadi dia salat magrib dulu baru salat zuhur dan ashar. karena, menurut dia pada saat dikampus dia merasa tidak dalam keadaan suci, karena ketika kita salat harus bebas dari hadas dan najis. Jadi dia meragukan itu, kemudian dia bilang salat itu bisa diganti. Masalahnya ia meninggalkan salat karena di  sengaja, mungkin menurutnya semua salat itu bisa di ganti. Padahal masalah salat di ganti itu ketika kita di perjalanan. Jadi menurut saya, memang mahasiswa IAIN banyak, dan memang semua nya muslim, tapi tidak semua nya benar-benar muslim, jadi tidak semua nya salat karena masih banyak yang meninggalkan salat. Dan untuk orang yang benar-benar salat itu sangat sedikit, mungkin bahkan dari dosenya juga, wallahualam, saya juga tidak berani memastikan.”  Kata Nurbaiti Rahman
“Sebenarnya, masalah salat itu masalah pribadi masing-masing. Karena masuk neraka tidaknya ya orang itu sendiri. Kalau masalah meninggalkan salat memang terkadang waktu kuliah itu bentrok, apalagi waktu zuhur dan ashar bentrok sekali dengan jadwal kuliah, hakan dosennya saja terkadang mengundur-undur. Jadi menurut saya,kenapa banyak yang meninggalkan salat karena mungkin mereka terlalu menggampangkan soal salat, karena IAIN itu banyak sekali aliran jadi mereka punya persepsi masing-masing tentang solat. Seperti “oh solat itu bisa di ganti”, “oh solat itu ngak perlu tepat waktu walaupun pahala nya berkurang tapi yang  penting solat”, ada juga yg berpikir saya harus solat tepat waktu karena pahala nya lebih” , ada jug yang sama sekali tidak melaksanakan solat, dengan alasan “ah malas”, “ah tunggu tua aja tobat”.” Tambahnya lagi. (Nurbaiti Rahman, PBA smt. 8)
Menurut Maya Fatmawati, shalatnya Mahasiswa IAIN hanya dilaksanakan oleh beberapa orang atau hanya sebagian kecil dari jumlah mahasiswa IAIN. Karena menurutnya, masih ada yang mengaku baru melaksanakan shalat setelah sekian lama tidak melakukan ibadah tersebut. (Maya Fatmawati, Manajemen Dakwah B. smt. 2)
Menurut Syifa’ul Qolbiyah, Salat adalah hubungan antara manusia dengan Allah. Dan pembeda antara orang islam dan orang kafir, jadi ketika orang islam tidak salat maka sama saja orang tersebut dengan orang kafir.
“Solatnya mahasiswa IAIN, menurut survey saya sendiri dari Semester 1- 6 ,saat semester 1-2  kemaren sebelum ada masjid itu ramai yang salat, tapi tidak seramai sekarang ketika mempunyai masjid  besar. Ternyata masjid besar pun menjadi salah satu faktor pendorong yang sangat penting untuk rajin salatnya mahasiswa. Karena banyak juga mahasiswa salatnya lari ke mujahiddin karena kecilnya tempat ibadah di kampus IAIN. Selama  setahun selasar Ma’had di jadikan tempat Ibadah/Mushola.”. Syifa’ul Qolbiyah pun menambahkan “Jika membicarakan tentang mahasiswa yang masih belum salat terutama di IAIN  masih sangat banyak. Jangan kemana-mana atau jauh-jauh, dalam kelas saja dapat kita lihat dari sepuluh laki-laki mungkin dua, tiga atau paling banyak lima orang. Jadi perlu peran yang sangat penting dari teman-teman, dari dosen, dari pak rektor nya mungkin dan dari  bagian kemahasiswaan untuk ada wewenang baru agar setiap ikhwan/laki-laki wajib untuk salat berjamaah di masjid. Sedangkan yang kita lihat, saat azan mereka biasa saja tanpa memperdulikan azan tersebut. karena sesungguhnya untuk yang mengerti bagaimana bisa berkah dan bermanfaat ilmunya jika salat saja di tinggalkan. Untuk orang-orang yang mengerti seharusnya paham, waktu salat harusnya salat. Tapi alhamdulillah, jika dilihat masjid baru kita selalu ramai karena mereka bukan hanya salat, tapi setelah itu istirahat setidak nya mereka berpikir “oh disana itu sejuk sekalian saja salat” walaupun mungkin salat mereka masih bolong-bolong wallahualam kita tadak tahu.” (Syifa’ul Qolbiyah, EI C. smt. 6)
IAIN sebagai kampus yang berbasis islam,namun keislamannya kurang dari pada Universitas/ Perguruan Tinggi lainnya. Contohnya UNTAN. Menurut salah satu sumber Yang diketahui oleh Nur Azizah, dari salah satu fakultas di UNTAN ketika azan berkumandang kegiatan perkuliahan di jeda untuk melaksanakan shalat berjamaah. Bukan hanya dosen, tapi mahasiswa tingkat atas berani untuk mengingatkan dosen yang lupa/melewatkan waktu shalat. Sedangkan di IAIN Pontianak, kampus yang notabenenya berbasis islam dapat dikatakan masih meremehkan dan melalaikan waktu shalat. Contoh kecilnya, jadwal kuliah yang bentrok dengan waktu shalat, dan ketika azan berkumandang namun tidak hiraukan mahasiswa bahkan beberapa dosen juga melakukan hal yang sama. Saya selaku mahasiswa IAIN, jujur, saya sangat merasa malu dengan fakta yang ada di lingkungan kampus kita. (Nur Azizah, PGMI A. smt. 2)
Nah, itu lah beberapa pandangan dan pendapat yang saya peroleh dari penelitian yang saya lakukan. Tulisan ini merupakan sebuah renungan mengenai shalat dan fenomena yang ada di lingkungan kampus kita yang berkaitan dengan tema yang saya angkat, yaitu Shalat.  Shalat adalah ibadah yang paling utama sesudah iman kepada Allah. Yang merupakan rukun islam kedua, setelah ikrar dua kalimat syahadat. Kedudukannya dalam islam sebagai tiang penyangganya. Siapa yang menegakkannya, sungguh ia telahmenegakkan agamanya, sedangkan yang meninggalkannya, sungguh ia telah merobohkan agamanya.
D.     KEISTIMEWAAN SHALAT
Dalam islam, semua manusia dipandang sama. Tidak ada perbedaan yang tampak antara seseorang dengan orang lain dalam segala hal kecuali ketaatan nya. Ketika shalat,  semua  manusia melepaskan seluruh gelar dan status sosial yang disandangnya. Saat shalat, seseorang berhadapan dengan Dzat yang Maha Pencipta, yang Mahabesar, Mahabijaksana, Allah Swt.
Dalam shalat, terkandung nilai-nilai yang sangat banyak bagi kebaikan manusia itu sendiri. Allah Swt. menetapkan shalat sebagai kewajiba yang harus dilaksanakan oleh setiap insan yang hidup di dunia karena kasih sayang Allah Swt. terhadap manusia tidak diberikan terhadap makhluk lainnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam shalat diantara nya sebagai berikut:
a.       Media komunikasi
Shalat merupakan media utama yang  menghubungkan seorang hamba dengan penciptanya. Hanya dengan shalat seorang hamba dapat mencapai penghambaan yang sangat tinggi kepada Allah Swt. karena hal itu akan melahirkan perilaku yang lebih baik. Amal perbuatan tersebut kelak akan diperhitungkan oleh Allah Swt. sehingga kebaikan dan keburukannya akan kembali kepada hamba itu sendiri.
Dalam hadits Qudsi, Allah Swt. berfirman
“sesungguhnya, aku membagi shalat antara diri-Ku dengan hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan bagi hamba-KU  Kuberikan apa yang ia minta.” (HR. Bukhari)
b.      Pengendali perilaku perbuatan
Seseorang mendirikan shalat dengan baik dan benar, niscaya perbuatannya akan terbimbing dengan baik. Sebagaimana firman Allah Swt.

“sesungguhnya, shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Sesungguhnya, mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lai). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut:45)

c.       Cermin perbuatan
Dengan shalat, semua amal perbuatan akan tampak. Ketika hari “perhitungan” kelak, yang kali pertama diperhitungkan adalah shalat.

“(amal perbuatan) yang akan diperhitungkan kali pertama pada hari akhir adalah shalat. Jika baik shalatnya, niscaya baik pula seluruh amal perbuatannya. Jika rusak shalatnya, rusak pula seluruh amal perbutannya.” (HR. Ahmad, Thabrani, dan Ibnu Hibban)

pada riwayat lain dijelaskan bahwa ketika perbuatan seorang hamba tidak sesuai dengan karakternya sebagai orang yang shalat, shalat orang tersebut tidak pada hakikatnya.

“barangsiapa yang shalatnya tidak dapat mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar maka shalat yang dikerjakannya tidak bernilai.(HR. Thabrani dan Ibnu Abi Hatim)

d.      Kumpulan semua Ibadah (syumuliyah)
Shalat adalah ibadah yang Syumuliyah (menyeluruh) dan sangat unik. Syumuliyah karena tidak pernah terpisahkan dari kehidupan seorang mukmin. Unik karena dalam shalat terkandung nilai-nilai dari seluruh ibadah yang diwajibkan dalam rukun islam  yang lima; syahadatain, shaum, zakat dan haji.
Dalam shalat terkandung ucapan syahadatain, saat tasyahud awal maupun akhir juga ada makna puasa, yaitu tidak berbicara apapun atau tidak makan dan minum saat shalat. Terkandung makna zakat, sebagaimana di dalam shalat terdapat kalimat-kalimat yang baik. Kalimat yang baik merupakan sedekah (zakat).
Dalam shalat juga terkandung makna haji, saat berjamaah dan menghadap satu arah kiblat yang sama dengan satu tujuan, yaitu ridha Allah Swt. dan penuh ketaatan serta kepasrahan atas pelaksanaannya.
e.       Sarana pertolongan
Selain sebabai kewajiban, Allah Swt. menetapkan shalat sebagai sarana untuk memohon pertolongan kepada-Nya.

“dan hendaklah kalian memohon pertolongan dengan sabar dan (melakukan) shalat.”(QS. Al-Baqarah : 45)

f.       Karakter mukmin
Shalat merupakan identitas seorang mukmin. Tanpa shalat, seseorang tidak dapat dikatakan sebagai seorang mukmin.
Sebagaimana dalam hadits , Rasulullah Saw. bersabda:

“tidak ada pembeda antara seorang hamba (mukmin) dan kekufuran, melainkan meninggalkan shalat”(HR. Nasa’i)

g.       Cahaya dan pembimbing
Shalat adalah cahaya bagi yang melaksanakannya. Pada suatu hari, saat akan tampak wajah-wajah manusia yang putih bercahaya dan yang hitam pekat. Dengan Shalat, seorang hamba akan tampak dengan wajah yang berseri-seri sehingga Rasulullah Saw. sangat menekankan kepada umatnya untuk senantiasa menjaga dan tidak meninggalkaannya walaupun sesaat.

“shalat adalah cahaya. Barangsiapa yang memeliharanya maka di akhirat kelak akan menndapatkan cahaya danmenjadi hujjah yang akan menyelamatkannya. Barangsiapa yang tidak memelihara nya maka ia tidak akan mendapatkannya di akhirat kelak.

h.      Menenangkan hati dan menentramkman jiwa
Seeorang yang melaksanakan shalat  dengan khusyuk, niscaya akan meraih ketentraman dan ketenangan pada jiwanya. Dengan ketentraman hati, kebahagiaan akan datang.

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.(QS. Ar-Ra’du:28)

Shalat adalah sarana utama yang dapat menghilangkan rasa cemas, khawatir, takut, gelisah, dan berbagai perasaan yang mengganggu hati. Bahkan, ketika Rasulullah saw. mengetahui waktu shalat telah datang, pada waktu itu beliau sedang sibuk dengan aktivitas dakwh yang sangat padat, beliau  menyuruh Bilal bin Rabbah untuk mengumandangkan Adzan.


E.     PENUTUP
Rasulullah saw. bersabda bahwa shalat adalah tiang agama, Rasul pun bersabda bahwa shalat adalah amal saleh yang akan dihisab pertama kali. Bahkan, secara tegas, Rasul menyatakan bahwa shalat adalah pembeda antara mukmin dan kafir. Dalam hal ini pula, Allah swt. menjamin kepada setiap hamba-Nya yang Khusyuk dalam shalatnya akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar.  Bahkan, shalat kita merupakan cermin kesalehan kita sebagai muslim.
Sebagai muslim yang baik, tentu kita akan selalu memperhatikan kualitas amal saleh, terutama kekhusyukan salat kita. Bahkan, dalam keadaan apapun, sepanjang tidak ada hajat syar’i, baik dalam keadaan sempit, sulit, dan sakit sekalipun, shalat (fardhu) tetap wajib di tunaikan.







Ø  Daftar Pustaka
·      Fatikhin & Saifudin, Muhammad, 2009, Shalat Top terjaga oleh pengetahuan,Bandung,Salamadani.
·      Muhammad Nashr, Abdul Karim, 2011, Shalat Penuh Makna, Solo, Al-Qowam.
·      Shalih, DR Syaikh, 2011, Fiqih Shalat, Yogyakarta, Mumtaz.

Ø Daftar Informan
·      Dewi Susanti, PBA. Smt. 2
·      Nurbaiti Rahman, PBA. Smt. 8
·      Maya Fatmawati, Manajemen Dakwah B. Smt. 2
·      Syifa’ul Qolbiyah, Ekonomi Islam C. Smt. 6
·      Nur azizah, PGMI A. Smt. 2

Ø  Bukti Penelitian

20160513_215555.jpg                                                           






 





·         IMG_20160501_144941.jpgBuku sebagai Referensi                             



·       Praktek shalat



·       Salah satu informan
                dari penelitian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar